Omicron Mirip dengan Gejala Masuk Angin, Kapan Waktu yang Tepat untuk Tes Covid-19?

Di masyarakat awam masuk angin sering menjadi ekspresi saat kondisi tubuh tidak fit. Namun perlu diwaspadai gejala masuk angin ini bisa jadi tanda tubuh sedang terpapar Covid 19 varian Omicron. Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan menjelaskan, jika gejala masuk angin disertai nyeri tenggrokan dan fatigue atau tubuh merasa lemas patut dicurigai tubuh terinfeksi Omicron.

Adapun gejala khas pada pasien Omicron adalah nyeri atau gatal pada tenggorokan serta fatigue atau badan terasa lemas. "Ada nyeri tenggorokan, badannya gimana lemes ya sudah periksa saja, banyak pasien saya ternyata positif," kata dia dalam kegiatan virtual beberapa waktu lalu. Kondisi ini juga tepat bagi seseorang untuk melakukan tes pemeriksaan Covid 19 baik antigen atau swab PCR.

"Kalau gejalanya seperti itu saya sarankan segera memeriksakan diri tujuannya bukan hanya mengetahui status (positif atau tidak) tetapi juga supaya lebih disiplin untuk melakukan protokol kesehatan agar supaya orang lain di sekitar tidak tertular," ungkap dokter RSUP Persahabatan ini. Ia menerangkan, gejala Omicron tidak selalu disertai dengan demam. Berdasarkan pengamatannya saat merawat pasien, gejala diawali dengan badan lemas, nyeri tenggorokan, kemudian hidungnya mampet atau tersumbat.

"Atau kadang kadang disertai juga dengan demam dan ad yang diare juga karena memang reseptor dari Omicron itu juga ada di saluran cerna, ada yang mual juga," terang dia. Sementara itu, beredar sebuah voice note yang berisi anjuran untuk menjalankan puasa pada pasien Covid 19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman). Rekaman suara itu diketahui berasal dari dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K).

Dirinya menerangkan, saat tertular Covid 19, tubuh diharapkan tidak menjadi tuan rumah bagi virus. Virus ini memanfaatkan nutrisi dari tubuh dan menggunakan glukosa untuk bereplikasi. Tidak mengkomsunsi karbohidrat yang menjadi sumber glukosa, pun dianjurkan. Tips ini bisa dilakukan pasien ketika gejala pertama muncul seperti demam, batuk batuk, badan linu atau pada 2 3 hari pertama.

"Puasa. Jangan sekali kali banyak makan pada saat pembajakan virus di awal agar virusnya tidak dapat makan. Kuncinya di tidur, tidur, dan tidur. Buka puasa hanya makan lauk saja. 2 3 hari saja cukup untuk puasa saat gejala mulai muncul, lalu perbanyak tidur," imbuh dokter yang kini menjabat ketua IDAI ini. Ia menceritakan, ketika dirinya, istri, ibu yang berusia 75 tahun, serta empat orang anaknya tertular Covid, menerapkan teori ini maka saat hari ke 5 melakukan swab PCR hasilnya negatif "Saya, istri, ibu berusia 75 tahun, dan 4 anak waktu tertular covid menerapkan teori ini dan hari ke 5 swab ulang negatif," ungkapnya.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah tidak mengkomsumsi minuman manis atau buah manis seperti susu, kurma,madu. "Jangan dimakan di awal awal kan ini bisa dimakan oleh virusnya dalam 2 3 hari. Misalnya ketika recovery, saat timbul nafsu makan dan gejala gejala itu sudah menghilang tubuh kita merasa enak barulah kita boleh makan banyak, tapi tentu tetap dikurangin karbohidratnya. Utamakan proteinnya untuk membuat antibodi," kata dia. Setelah seminggu atau dua minggu atau setelah swab negatif barulah boleh mengomsumsi apa saja seperti biasa.

Tinggalkan Balasan